Dana IPO dan Rights Issue Pasar Modal Tembus Rp268 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 10:16:34 WIB
Dana IPO dan Rights Issue Pasar Modal Tembus Rp268 Triliun

JAKARTA - Penutupan perdagangan pasar modal sepanjang 2025 meninggalkan catatan positif dari sisi penghimpunan dana. 

Aktivitas korporasi melalui penawaran saham perdana maupun aksi rights issue menunjukkan geliat yang kuat, mencerminkan kepercayaan pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi dan pasar keuangan domestik.

Di tengah berbagai tantangan global, pasar modal Indonesia tetap mampu menjadi sarana pembiayaan yang efektif. Capaian dana yang terkumpul sepanjang tahun ini bahkan melampaui target yang sebelumnya telah ditetapkan oleh otoritas.

Otoritas Jasa Keuangan mencatat, total dana yang dihimpun melalui IPO hingga rights issue sepanjang 2025 mencapai Rp268,14 triliun. Angka ini menegaskan peran strategis pasar modal dalam mendukung kebutuhan pendanaan dunia usaha.

Capaian Penghimpunan Dana Lampaui Target

Penghimpunan dana di pasar modal sepanjang 2025 dinilai melampaui ekspektasi awal. Target yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp220 triliun berhasil terlampaui dengan selisih yang cukup signifikan.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyampaikan bahwa capaian tersebut berasal dari 210 penawaran umum yang dilakukan sepanjang tahun.

“Penghimpunan dana mencapai Rp268,14 triliun dari 210 penawaran umum, melampaui target Rp220 triliun,” kata Inarno dalam acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2025 pada Selasa, 30 Desember 2025.

Capaian ini mencerminkan tingginya minat emiten memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan jangka menengah dan panjang.

Kinerja Lebih Baik Dibanding Tahun Sebelumnya

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kinerja penghimpunan dana di pasar modal pada 2025 menunjukkan peningkatan. Pada 2024, total dana yang terkumpul tercatat sebesar Rp259,24 triliun dari 199 penawaran umum.

Kenaikan nilai penghimpunan dana tersebut juga diikuti oleh bertambahnya jumlah aksi korporasi. Hal ini menandakan semakin banyak perusahaan yang melihat pasar modal sebagai alternatif pembiayaan yang kompetitif.

Pertumbuhan ini dinilai sejalan dengan perbaikan sentimen pasar dan stabilitas ekonomi nasional yang relatif terjaga sepanjang tahun.

Dengan tren tersebut, pasar modal Indonesia dinilai mampu mempertahankan daya tariknya di tengah dinamika global yang fluktuatif.

Dominasi Penerbitan Efek Utang dan Sukuk

Secara rinci, mayoritas penghimpunan dana pada 2025 berasal dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk. Tercatat terdapat 178 aksi penerbitan EBUS sepanjang tahun ini.

Jumlah penerbitan tersebut menjadi yang tertinggi dalam enam tahun terakhir. Hal ini menunjukkan meningkatnya kebutuhan pendanaan melalui instrumen utang, baik untuk ekspansi maupun refinancing.

Instrumen obligasi dan sukuk dinilai memberikan fleksibilitas bagi emiten dalam mengelola struktur permodalan. Di sisi lain, investor juga memperoleh pilihan investasi dengan profil risiko yang beragam.

Dominasi EBUS ini turut memperlihatkan kedalaman pasar obligasi domestik yang terus berkembang.

Aktivitas IPO dan Rights Issue Tetap Berjalan

Selain penerbitan efek utang, aktivitas IPO dan rights issue juga tetap menjadi bagian penting dari penghimpunan dana pasar modal. Sepanjang 2025, tercatat terdapat 18 aksi IPO yang dilakukan.

Jumlah tersebut mencerminkan keberlanjutan minat perusahaan untuk melantai di bursa. Meski tidak sebanyak periode sebelum pandemi, IPO tetap menjadi jalur strategis bagi perusahaan untuk memperkuat modal.

Di samping itu, terdapat 14 aksi rights issue yang dijalankan di pasar modal selama 2025. Aksi ini umumnya dilakukan emiten untuk memperkuat permodalan atau mendukung rencana ekspansi.

Kombinasi IPO dan rights issue ini menunjukkan variasi strategi korporasi dalam memanfaatkan pasar modal.

Prospek Penghimpunan Dana Tahun Mendatang

Melihat capaian 2025, OJK menilai aktivitas penghimpunan dana di pasar modal pada 2026 berpotensi lebih aktif. Sejumlah faktor pendukung dinilai masih cukup kuat.

Prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tetap positif menjadi salah satu pendorong utama. Selain itu, stabilitas makroekonomi dan membaiknya likuiditas di sistem keuangan turut memperkuat optimisme.

“Kondisi tersebut berpotensi mendorong peningkatan aktivitas emisi, baik melalui IPO, obligasi, maupun aksi korporasi lainnya,” kata Inarno dalam jawaban tertulis beberapa waktu lalu.

Dengan kondisi tersebut, pasar modal diharapkan terus menjadi motor pembiayaan ekonomi nasional.

Pengembangan Instrumen dan Fokus Berkelanjutan

Di sisi lain, OJK juga terus mengkaji dan mengembangkan berbagai instrumen pasar modal baru. Salah satu yang tengah dikembangkan adalah exchange traded fund berbasis emas.

Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya memperdalam pasar dan memperluas pilihan investasi bagi masyarakat. Diversifikasi instrumen diharapkan dapat meningkatkan partisipasi investor.

Ke depan, penetapan target numerik penghimpunan dana pada 2026 akan mempertimbangkan dinamika global dan domestik. OJK menegaskan pentingnya menjaga kualitas pertumbuhan pasar modal.

Pendekatan tersebut diharapkan mampu menciptakan pasar modal yang tidak hanya besar dari sisi nilai, tetapi juga berkelanjutan dan inklusif bagi seluruh pelaku ekonomi.

Terkini