Harga Minyak Dunia Bertahan Stabil Di Tengah Tekanan Geopolitik

Rabu, 31 Desember 2025 | 09:29:37 WIB
Harga Minyak Dunia Bertahan Stabil Di Tengah Tekanan Geopolitik

JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia memasuki akhir Desember 2025 menunjukkan kecenderungan stabil dengan arah penguatan terbatas. 

Kondisi ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar yang terus mencermati dinamika geopolitik global serta perkembangan data pasokan dari Amerika Serikat.

Dalam perdagangan Eropa pada Selasa, 30 Desember 2025, harga minyak kembali menguat setelah mencatat lonjakan signifikan pada sesi sebelumnya. Pasar merespons beragam faktor eksternal yang dinilai masih menyisakan ketidakpastian tinggi menjelang awal tahun 2026.

Ketegangan geopolitik, khususnya konflik Rusia dan Ukraina, menjadi salah satu pendorong utama pergerakan harga. Di saat bersamaan, investor juga menunggu kejelasan data persediaan minyak mentah AS yang dirilis lebih lambat akibat libur akhir tahun.

Situasi ini membuat pasar bergerak cenderung stabil, dengan kenaikan tipis sebagai refleksi dari keseimbangan antara risiko geopolitik dan sinyal pasokan global.

Pergerakan Harga Di Pasar Eropa

Mengacu pada laporan Investing.com, Rabu, 31 Desember 2025, kontrak berjangka minyak Brent untuk pengiriman Maret mengalami kenaikan terbatas. Harga Brent naik sekitar 0,5 persen dan diperdagangkan di level USD61,80 per barel.

Sementara itu, kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate juga mencatat penguatan serupa. Harga WTI naik 0,5 persen ke posisi USD58,39 per barel dalam perdagangan yang relatif tenang.

Kenaikan tipis ini mengikuti lonjakan tajam yang terjadi pada sesi sebelumnya. Pada perdagangan Senin, kedua kontrak minyak utama tersebut sempat melonjak lebih dari dua persen.

Lonjakan tersebut dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran pasar setelah upaya yang dipimpin Amerika Serikat untuk menengahi kemajuan pembicaraan antara Rusia dan Ukraina dinilai tidak membuahkan hasil berarti.

Dengan latar belakang tersebut, investor cenderung menahan posisi agresif dan memilih mencermati perkembangan lanjutan yang berpotensi memengaruhi pasokan global.

Konflik Rusia Ukraina Kembali Memanas

Perhatian pasar kembali tertuju pada konflik Rusia dan Ukraina yang menunjukkan tanda-tanda eskalasi. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan Moskow akan merevisi posisi negosiasinya menyusul insiden yang disebut Kremlin sebagai serangan drone Ukraina.

Serangan tersebut dilaporkan terjadi di dekat salah satu kediaman Putin. Pernyataan ini langsung memicu reaksi pasar karena dianggap dapat menghambat peluang tercapainya gencatan senjata dalam waktu dekat.

Di sisi lain, Ukraina membantah telah menargetkan Putin secara langsung. Meski demikian, pernyataan Kremlin tersebut cukup untuk meredam optimisme pasar terkait kemungkinan deeskalasi konflik dalam jangka pendek.

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik Rusia dan Ukraina dapat berlanjut hingga tahun depan. Bagi pasar minyak, ketidakpastian tersebut menjadi faktor risiko yang terus diperhitungkan.

Rusia merupakan salah satu produsen minyak utama dunia. Setiap potensi gangguan pasokan akibat konflik berkepanjangan dinilai dapat memengaruhi keseimbangan pasar energi global.

Ketegangan ini membuat pelaku pasar cenderung mempertahankan harga minyak di level yang relatif kuat meski belum ada gangguan pasokan yang nyata.

Pernyataan Trump Tambah Ketegangan Timur Tengah

Selain Eropa Timur, perhatian pasar juga tertuju pada dinamika geopolitik di Timur Tengah. Ketegangan di kawasan ini kembali mencuat setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait Iran.

Trump mengatakan Amerika Serikat akan menyerang Iran kembali jika negara tersebut mencoba membangun ulang program nuklirnya. Pernyataan tersebut memperkuat kekhawatiran pasar akan potensi eskalasi konflik di kawasan strategis.

Timur Tengah memiliki peran penting dalam pasokan minyak global. Setiap ancaman konflik di wilayah ini berpotensi memicu gangguan distribusi atau aksi balasan dari negara-negara produsen utama.

Komentar Trump tersebut dinilai menambah lapisan ketidakpastian baru bagi pasar. Investor kini harus memperhitungkan risiko geopolitik ganda, baik dari konflik Rusia-Ukraina maupun ketegangan AS-Iran.

Meski belum berdampak langsung pada pasokan, pernyataan bernada keras ini cukup untuk menopang harga minyak agar tidak terkoreksi lebih dalam.

Kekhawatiran geopolitik yang berkelanjutan membuat pasar minyak cenderung sensitif terhadap setiap pernyataan politik yang berpotensi memicu ketegangan baru.

Data Stok Minyak AS Jadi Penyeimbang

Dari sisi fundamental, perhatian investor tertuju pada data persediaan minyak mentah Amerika Serikat. Data ini dirilis oleh Badan Informasi Energi AS untuk pekan yang berakhir pada 19 Desember.

Laporan tersebut keluar lebih lambat dari jadwal normal karena adanya libur Natal. Hasilnya menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah sekitar 405 ribu barel.

Angka tersebut berlawanan dengan ekspektasi pasar yang sebelumnya memperkirakan penurunan stok. Kenaikan ini memberikan sinyal adanya pasokan yang lebih longgar di pasar AS.

Selain minyak mentah, persediaan bensin dan bahan bakar distilat juga tercatat meningkat. Kondisi ini mengindikasikan permintaan yang relatif lebih lemah atau kinerja kilang yang cukup kuat selama periode tersebut.

Data ini menjadi faktor penyeimbang bagi sentimen geopolitik. Tanpa adanya lonjakan stok, harga minyak mungkin akan bergerak lebih agresif di tengah ketegangan global.

Ke depan, pelaku pasar akan terus mencermati perkembangan diplomasi di Eropa Timur. Selain itu, data ekonomi AS yang akan dirilis dan panduan kebijakan produksi dari OPEC+ juga menjadi fokus utama.

Semua faktor tersebut akan menjadi penentu arah harga minyak pada awal tahun 2026. Untuk sementara, pasar memilih bergerak stabil sambil menunggu kejelasan lebih lanjut dari sisi geopolitik dan fundamental pasokan global.

Terkini